Jumat, 16 November 2012

Selamat Tinggal


Haaai~ Nggak terasa ternyata udah lama juga gua nggak nulis di blog. Akhir-akhir ini jadwal gua terpadati oleh Sabtu malem yang kelam syuting, makanya gua jadi jarang nge-blog. Nah, untuk menebus kesalahan gua itu, sekarang gua mau share salah 1 cerpen yang gua bikin. Judulnya adalah "Selamat Tinggal". Dibaca eaaa~



“Hai Diana!”, sapa Mark padaku saat jam istirahat sekolah. “Oh, hai Mark!”, balasku sambil tersenyum. Mark adalah anak baru di sekolahku. Dia adalah anak yang pintar, ramah, dan sopan. Tidak sedikit siswi yang suka padanya. Ya, kuakui dia memang tampan. Aku memang sudah cukup lama memendam rasa padanya. Menurutku dia adalah anak yang menyenangkan, mudah bergaul, dan humoris.
            
Tidak terasa bel pun berbunyi dan mengakhiri percakapan kita. Saat di kelas, guru menyuruh untuk mengerjakan tugas secara berkelompok. Aku dan Mark adalah satu kelompok. Aku ingat saat dia amat serius mengerjakan tugas. Lucu bagiku melihatnya amat serius mengerjakan tugas. Aku pun terus memandanginya sambil tertawa kecil, hingga akhirnya dia tersadar. Aku menundukkan kepalaku seraya menutupi wajahku, berpura-pura seakan tak ada suatu hal yang telah terjadi. Mark pun menertawakan hal konyol yang aku lakukan itu.
            
Sepulangnya dari sekolah, seperti biasa, aku menyalakan handphoneku dan mulai bermain Twitter. Tidak jarang aku menstalk timeline Twitter Mark.  Tiba-tiba handphoneku berbunyi. “Oh, pesan dari Mark”, kataku. Ya, memang aku dan Mark sering saling mengirim pesan teks.
            “Hai Diana~”

            “Hai Mark”
            “Apa kau tahu dimana aku akan melanjutkan sekolah?”
            “Tidak, dimana?”
            “SMA Pasti Jaya! Kau tahu? Itu adalah SMA yang sangat bagus!”
            “Wah, aku juga akan melanjutkan sekolah di situ!”
            “Haha, kebetulan sekali. Semoga saja kita akan satu kelas kembali”
Kau tahu? Itu adalah kabar baik bagiku. Bagaimana tidak? Aku akan satu sekolah kembali dengan Mark.

            
Namun tiba-tiba rencana itu berubah. Ayah Mark akan pindah dinas ke Amerika bulan depan. Ayah Mark adalah seorang Tentara Angkatan Laut yang sering berpindah tempat dinas, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Mau tidak mau, Mark harus ikut berpindah-pindah tempat tinggal. Huh, mengapa harus terjadi secepat itu?
          
Waktu terus berjalan. Esok telah menjadi kemarin, dan bulan depan adalah hari ini. Ya, Mark akan berangkat ke Amerika hari ini. “Hai Diana, aku akan berangkat ke Amerika sebentar lagi. Maaf jika kita tidak dapat menlanjutkan sekolah bersama. Semoga kita akan bertemu lagi.”, kata Mark padaku melalui pesan teks.

Sudah seminggu aku tidak berkomunikasi dengan Mark. Aku sudah mencoba untuk menghubungi nomor handphone dia, namun tak ada jawaban. Khawatir? Ya, aku khawatir. Apakah dia selamat sampai di sana? Atau dia sudah bahagia tinggal disana? “Mungkin dia sudah sibuk dengan teman barunya di sana”, pikirku.
            
Aku senang, dan juga sedih. Di satu sisi aku senang karena Mark telah bahagia tinggal di sana, di satu sisi yang lain aku sedih. Apa dia tidak tahu jika aku suka padanya? Apa dia tidak tahu itu? Betapa senangnya aku saat mengetahui aku dan dia akan satu sekolah lagi, dan begitu cepatnya perasaan itu luntur.
            
Mengapa aku tidak sempat mengatakan perasaanku padanya? Aku hanya ingin dia tahu itu, tidak lebih. Tapi dia pergi dengan cepatnya. Meninggalkan semua kenangan itu. Aku tidak akan pernah melupakannya, dan aku harap dia masih mengingatku. Selamat tinggal, Mark.